Munculnya musik
keroncong, walaupun merupakan pengaruh dari Portugis, namun perkembangannya ada
pada masa VOC. Pada awalnya tujuan Portugis merupakan untuk menguasai Malaka
yang merupakan bandar dagang di Asia Tenggara. Hasrat untuk menguasai dari
sumber kekayannya membawa Portugis ke Nusantara. Adanya berbagai ras, suku
bangsa dan kebudayaan yang ada di Indonesia terutama di Batavia, menjadi
pendukung munculnya musik keroncongini.
Musik keroncong tidak
sepenuhnya merupakan musik orang Portugis, tetapi memiliki perpaduan antara
musik barat dan musik timur. Itu artinya musik di Nusantara pada saat itu
memiliki pengaruh dari perkembangan musik Keroncong.
Titik pijak masuk dan
berkembangnya musik keroncong ini adalah pada sekitar tahun 1620, kapal yang
berisikan marinir Portugis adal goa (India) karam di utara Jakarta. Kemudian
ditangkap orang-orang Belanda dan diberikan pilihan untuk berpindah keyakinan
dari Katolik ke Protestan. Portugis yang setuju akan pilihan tersebut, akhirnya
di buang ke Tugu, Jakarta.
Komunitas tugu yang
sudah terbentuk dari 1661 dan terdiri dari orang orang Portugis mewarisi musik
moresco yang merupakan cikal bakal musik keroncong. Ketika orang-orang Portugis
mendirikan perkampungan Tugu, mereka memainkan musik untuk mengusir kesepian di
sela-sela kehidupan mereka (Sopaheluwakan, 2008:12).
Musik keroncong terus
berkembang dan mendapatkan tempatnya di Indonesia. Bahkan musik keroncong
sangat digandrungi para pemuda pada masa keemasannya. Awal abad ke 20 merupakan
masa-masa musik yang dipenuhi dengan keroncong. Adapula yang menjadikan
keroncong sebagai lagu-lagu perjuangan. Melalui musik keroncong ini, banyak
lahir para pembuat lagu dan penyanyi yang terkenal hingga mendunia. Misalnya,
Gusang dengan karyanya Bengawan Solo. Bengawan Solo tidak hanya terkenal di
Indonesia, akan tetapi sudah mendunia dan banyak musisi dunia yang
mengaransemen lagu Bengawan Solo ini. Contohnnya saja Lisa Ono, penyanyi Bossa
Nova asal Jepang ini sukses membawakan ulang Bengawan Solo.
Metode penelitian yang
digunakan adalah metode sejarah yaitu dengan melakukan heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Heuristik adalah mengumpulkan sumber-sumber
sejarah seperti buku-buku sejarah maupun jurnal-jurnal. Kemudian langkah
selanjutnya adalah kritik, merupakan proses melakukan seleksi kepada
sumber-sumber kredibel yang akan digunakan selanjutnya. Pada tahap interpretasi,
dilakukan analisis kepada sumber-sumber tersebut yang kemudian akan dituliskan.
Pada tahap terakhir, hitoriografi, penulisan dilakukan berdasarkan analisis
pada sumber-sumber sejarah.
AWAL MULA MUSIK KERONCONG
Banyak orang meyakini bahwa
kehadiran musik keroncong di Indonesia merupakan berasal atau pengaruh dari
orang-orang Purtugis dan keturunannya yang berada di Kampung Tugu. Namun
seorang ahli keroncong, Kusbini, menyatakan bahwa musik keroncong merupakan
musik asli ciptaan bangsa Indonesia dan merupakan milik Indonesia. Kusbini juga
tidak memungkiri bahwa musik keroncong mendapatkan perngaruh dari musik
lagu-lagu Purtugis pada abad 17.
Musik keroncong berawal di utara
Jakarta, yaitu Kampung Tugu terdapat orang-oran yang disebut Black Portuguese. Ada dua pendapat
mengenai orang-orang Black Portuguese ini,
yang pertama adalah mereka berasal dari wilayah Goa yang telah dibaptis oleh
tuan Portugis mereka dan diberi nama Purtugis. Selanjutnya adalah mengatakan
keberadaan mereka berasal dari wilayah Luso-Iberi (Portugis-Spanyol) yang
berkulit hitam, kemudian dibaptis dan diberi nama Portugis.
Musik
keroncong merupakan salah satu kekayaan musik tertua di Indonesia yang mencapai
masa kejayaannya pada 1960. Namun, Keroncong yang populer di Indonesia pada
abad 20 ini ternyata telah hadir 3 abad sebelum itu. Pada abad ke 17, menurut
Masusama lagu keroncong pertama hadir di Kampung Tugu berjudul Moresco, Kafrinyu, Old Song, dan Craddle Song. Lagu-lagu tersebut
diperkirakan dibuat pada tahun 1661. Kehadirannya pada masa itu sangat disukai
oleh orang-orang Belanda maaupun Indonesia, terutama di Batavia yang pada tahun
1870an bahasa Melayu mulai populer.
Awal dari lagu-lagu keroncong di
Indonesia masih terinspirasi atau berkiblat kepada lagu-lagu Purtugis. Irama
dan liriknya pun bergaya Eropa dengan lebih membawakan kesan asmara dan roman.
Kehadirannya ditangan musisi Indonesia, musik keroncong ini menjadi lebih
romantis. Lagu-lagu yang diciptakan bersifat asmara merayu, untuk merayu lawan
jenisnya.
Sejarah musik keroncong dapat dibagi
menjadi tiga tahapan, yaitu Keroncong Tempo Doloe, Keroncong Abadi, dan
Keroncong, Modern.
Keroncong Tempo Doloe berawal sejak
kedatangan bangsa Portugis pada pertengahan abad 17, namun baru berkembang pada
abad ke 19 sejak di temukannya ukulele di Hawai pada tahun 1879. Lagu lagu yang
tercipta pada masa Keroncong Tempo Doloe ini seperti Jali-Jali. Grup musik yang
ada pada masa itu seperti Lief Indie.
Selanjutnya ada Keroncong Abadi,
berlangsung setelah Perang Dunia 1 berakhir (1920) hingga setelah kemerdekaan
(1959). Hotel-hotel di kota-kota besar seperti Bandung, Cirebon, Yogyakarta,
Madiun diadakan acara musik dansa. Kemudian musik keroncong ini digunakan
sebagai pengiring bagi orang-orang yang berdansa. Lagu-lagu yang terkenal
seperti Bengawan Solo, dan Solo di Waktu Malam.
Kemudian yang terakhir adalah
Keroncong Modern yang berlangsung dari 1959 hingga sekarang. Musik keroncong
modern ini lebih memperkenalkan perkawinannya dengan musik-musik lainnya
seperti pop, rock, hingga musik tradisional. Seperti pada tahun 1968 hadir dari
Yogyakarta, musisi Manthous yang memperkenalkan Campursari yaitu musik keroncong
dengan gamelan dan kendang.
MASA KEEMASSAN
Musik keroncong, walaupun telah
hadir pada abad 17, namun kepopulernya hadir tiga abad setelahnya. Hadirnya
musik-musik Barat pada tahun 1920 memperkaya musik keroncong itu sendiri. Hal
ini juga menyebabkan musik keroncong menyebar dan populer di kota kota besar di
Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Solo.
Semua
kalangan menyukai musik ini, orang Belanda maupun Indonesia turut meramaikan.
Banyak pula orang-orang Belanda yang menjadi musisi dari musik Keroncong, ini
mengakibatkan adanya “cap” Barat pada musik keroncong pada masa itu.
Keunikan juga terdapat pada
instrumen musik keroncong. Tidak hanya terdampak pengaruh dari musik Barat,
musik keroncong juga terdampak dari Jawa. Instrumen seperti gamelan, gong, dan
alat musik Jawa lainnya turut memperkaya keroncong.
Ada dua tempat yang memiliki peran
yang sangat penting dalam sejarah keroncong di Indonesia, yaitu Kampung Tugu
dan Kampung Kemayoran.
Memasuki jaman pendudukan Jepang,
musik keroncong tetap menjadi perhatian baik bagi masyarakat, maupun pemerintah
Jepang yang sedang berkuasa. Jepang yang anti barat, memiliki misi untuk
memerangi Barat baik itu dalam hal politik, ekonomi, hingga kebudayaan dan
tidak terlepas dari musik keroncong.
Musik
keroncong yang kerap akrab dengan dunia Barat mulai ditertibkan oleh Jepang.
Misalnya saja yang terdapat pada lirik-lirik lagu yang mainstream seperti percintaan asmara yang merayu. Hal tersebut
menurut Pemerintah Jepang hanya akan melemahkan pemuda-pemuda Indonesia karena
liriknya yang merayu. Kemudian lirik-lirik lagu pada masa itu lebih cenderung
kepada cinta tanah air serta perjuangan yang lebih berfungsi sebagai pembakar
semangat.
Berdasarkan Uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemunculan musik keroncong di Indonesia mendapat pengaruh dari Portugis,
terlepas apakah musik keroncong adalah musik asli Indonesia atau Portugis.
Musik yang berkembang pada abad 19 dan mulai menemui kepopulerannya pada abad
20 ini memiliki karakter yang dinamis. Musik keroncong sangat menerima
perubahan dan cocok untuk dipadukan dengan musik musik lainnya seperti pop,
rock, maupun tradisional. Instrumennya pun dapat dipadukan dengan instrumen
tradisional seperti gamelan dan kendang.
Sifatnya yang dinamis tersebut
membuat musik keroncong dapat diterima oleh masyarakat pada sekitar abad ke 20.
Di kota kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta menjadi
kota-kota dengan pertumbuhan musik keroncong.
Musik keroncong awalnya populer
dengan penggunaan lirik dan bahasa yang romantis dan sangat kaya akan hal-hal
asmara yang merayu, namun dengan pendudukan Jepang yang terjadi pada 1942-1945
terdapat perubahan karakter dari lirik-lirik musik keroncong, seperti liriknya
yang cenderung kepada pembakar semangat para pemuda Indonesia.
Dalam sejarahnya, musik keroncong
terdapat tiga tahap, yaitu Keroncong Tempo Doloe yang berlangsung pada 1880-1920
yang ditandai dengan adanya dan dipergunakannya alat musik ukulele. Selanjutnya
Keroncong Abadi yang berlangsung pada 1920-1959, dan yang terakhir adalah
Keroncong Modern 1959-sekarang.
Sumber:
JURNAL
Prakosa, Gilang Ryand. 2012. Improvisasi Permainan
Cello Pada Irama Jenis Langgam Jawa Group Orkes Keroncong Harmoni Semarang.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsm.
26 April 2016.
|
INTERNET
Magdalia Alfian, 2006. Seni Pertunjukan
Dalam Perspektif Sejarah: Keberadaan Musik Keroncong Di Indonesia. http://www.bpnb-jogja.info/main/themes/images/pdf/SENI_PERTUNJUKAN_DALAM_PERSPEKTIF_SEJARAH-Meli.pdf.
___. Perkembangan Musik Keroncong. e-journal.uajy.ac.id/6208/3/TA212952.pdf
-Romy Septian-
Comments
Post a Comment